IDENTIFIKASI ZONA BERBAHAYA PADA RENCANA JALUR PIPA GAS BAWAH LAUT DI PULAU PEMPING, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU
Pemasangan pipa gas bawah laut di Pulau Pemping, Kota Batam, Kepulauan Riau memerlukan kajian kuantitatif dan kualitatif untuk memastikan keamanan dan kelancaran pada saat operasionalnya. Penelitian ini mengidentifikasi potensi bahaya di jalur pemasangan menggunakan data pre-lay survey dari multibeam echosounder (MBES) dan side scan sonar (SSS). Interpretasi data-data tersebut menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) dan diidentifikasi potensi bahaya: kelerengan ekstrem, jenis sedimen, area sandwaves, dan persilangan kabel bawah laut. Hasil kajian menunjukkan 30% dari total panjang pipa melintasi area dengan kelerengan ekstrem (13 area), 20% melintasi area dengan potensi bahaya jenis sedimen (12 area), 11% melintasi area sandwaves (1 area), dan 2% berpotensi bersilangan dengan kabel bawah laut (1 area). Total, sekitar 48% (±574,13 meter) dari jalur pipa melintasi area dengan potensi bahaya gabungan, tersebar di 15 area. Informasi ini penting dalam merencanakan perlindungan dan mitigasi yang tepat dalam pemasangan pipa di wilayah tersebut. Harapannya, hasil identifikasi ini dapat membantu pihak pemasang pipa dalam mengantisipasi bahaya dan mengurangi potensi kerugian yang disebabkan potensi bahaya tersebut.
To ensure the safe installation of underwater gas pipelines in Pemping Island, Batam City, Riau Islands, a comprehensive quantitative and qualitative study was conducted. This research identifies potential hazards along the pipeline route using pre-lay survey data from a multibeam echosounder (MBES) and side scan sonar (SSS). By analyzing this data in a Geographic Information System (GIS) the study identified four key hazards: extreme slopes, sediment types, sandwave areas, and submarine cable crossings. The results indicate that 30% of the total pipeline length traverses areas with extreme slopes (13 zones), 20% crosses areas with sediment-related hazards (12 zones), 11% passes through sandwave-prone areas (1 zone), and 2% has potential submarine cable crossings (1 zone). In total, approximately 48% (±574.13 meters) of the pipeline route intersects with combined hazards, distributed across 15 zones. These findings are critical for planning appropriate protection measures and mitigation strategies during pipeline installation. It is hoped that this research will assist pipeline installers in anticipating risks and minimizing potential losses.
Detail Information
Bagian
Informasi
Pengarang
ISNAN ZODI KAMAJAYA / 232021011 - Personal Name0411127504 - Dr.rer.nat. Dian Noor Handiani, S.Si., M.T. - Personal Name
No. Panggil
1156GD/25
Subyek
Bahaya, Kelerengan, Jenis Sedimen, Pipa Gas Bawah Pipa Gas Bawah Laut, Sandwaves, Kabel Bawah Laut Hazards, Slope, Sediment Type, Submarine Gas Pipel Submarine Gas Pipeline, Sandwaves, Submarine Cable
Fakultas
FTSP
Tahun Terbit
2025
Jurusan
Teknik Geodesi
Deskripsi Fisik
Info Detil Spesifik
Citation
APA Style
. (2025).IDENTIFIKASI ZONA BERBAHAYA PADA RENCANA JALUR PIPA GAS BAWAH LAUT DI PULAU PEMPING, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU ().Teknik Geodesi:FTSP
Chicago Style
.IDENTIFIKASI ZONA BERBAHAYA PADA RENCANA JALUR PIPA GAS BAWAH LAUT DI PULAU PEMPING, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU ().Teknik Geodesi:FTSP,2025.Text
MLA Style
.IDENTIFIKASI ZONA BERBAHAYA PADA RENCANA JALUR PIPA GAS BAWAH LAUT DI PULAU PEMPING, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU ().Teknik Geodesi:FTSP,2025.Text
Turabian Style
.IDENTIFIKASI ZONA BERBAHAYA PADA RENCANA JALUR PIPA GAS BAWAH LAUT DI PULAU PEMPING, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU ().Teknik Geodesi:FTSP,2025.Text