Detail Cantuman

Melalui Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 94 Tahun 2018, peningkatan keselamatan perlintasan sebidang antara jalur keratea Api dan jelan menjadi payung hukum dalam pengelolaan perlintasan sebidang yang telah beroprasi untuk meningkatkan sisi keselamatannya. Salah satu solusi penanganan perlintasan sebidang ini adalah dengan membangun perlintasan jalan bawah (Underpass). Sehingga tidak ada lagi konflik sebidang yang terjadi, dan keselamatan semakin terjamin. Salah satu underpass yang baru saja selesai pembangunannya yaitu Underpass Sriwijaya di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Underpass yang diresmikan pada tanggal 22 Februari tahun 2022 oleh Gubernur Jawa Barat ini tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa masalah yang terjadi selama pembangunannya, mulai dari masalah pembebasan lahan yang belum sepenuhnya selesai dan banjir yang diakibatkan oleh pembangunan underpass ini. Kedala - kedala ini perlu diselesaikan dan diminimalisir agar tidak menggangu selama pembangunan. Serta risiko-risiko lainnya yang harus diminimalisir. Analisis risiko perlu dilakukan dalam mencari variable, penilaian dan tingkat risikonya. Analisis dilakukan dengan survey wawancara dan kuesioner terhadap ahli dan personil yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Hasil analisis ditemukan tedapat 8 kelompok resiko yaitu Kontrak, Pembiayaan, Manajerial, Pembangunan, Keselamatan Kerja, Peralatan, Lokasi Pekerjaan dan Force majeur. Kedelapan kelompok ini terbagi atas 53 varible risiko. Risiko paling tinggi dari aspek dampak terhadap waktu sebanyak 2 jenis risiko dan dari aspek biaya ada 1 jenis aspek. Adanya dampak resiko yang diakibatkan oleh pernedannya wewenang pekerjaan dengan di temukannya variable berisiko tinggi perijinan lahan belum siap.
Kata Kunci : underpass, analisis risiko, dampak aspek waktu, dampak aspek biaya